Segala puji hanya bagi Allah, shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan
kepada baginda Rasulullah, dan aku bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak
disembah dengan sebenarnya selain Allah yang Maha Esa dan tiada sekutu bagi-Nya
dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya.. Amma Ba’du:
Tulisan ini adalah bagian kecil dari biografi seorang tokoh terkemuka umat
ini, dia salah seorang pahlawan dan kesatria umat ini, dia salah seorang tokoh
shahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang
mulia, dan dari perjalanan hidupnya ini kita akan menggali berbagai pelajaran
dan ibroh.
Shahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ini
masuk Islam pada tahun kedelapan hijriyah dan telah terjun dalam puluhan
peperangan.
Para sejarawan mencatat, dia tidak pernah kalah dalam satu peperanganpun
baik pada saat jahiliyah atau setelah masuk Islam, dia berkata tentang dirinya,
“Sungguh dengan tanganku ini telah terpotong sembilan pedang pada
saat peperangan Mu’tah sehingga tidak tertinggal di tanganku kecuali sebuah
pedang yang berasal dari Yaman.”
Hal ini membuktikan tentang keberaniannya yang brilian dan kekuatan besar
yang telah dianugrahkan baginya oleh Allah pada jasadnya. Dan beliau adalah
komando pasukan kaum muslimin pada perang yang masyhur yaitu perang Yamamah dan
Yarmuk, dan beliau telah melintasi perbatasan negeri Iraq menuju ke Syam
dalam lima malam bersama para tentara yang mengikutinya. Inilah salah satu
keajaiban komandan perang ini. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah
menggelarinya dengan sebutan pedang Allah yang terhunus, dan beliau
memberitahukan bahwa dia adalah salah satu pedang Allah terhadap orang-orang
musyrik dan kaum munafiq.
Dia adalah seorang kesatria, Khalid bin Walid bin
Al-Mugiroh Al-Qurasy Al-Makhzumy Al-Makky, anak saudari ummul mukminin Maimunah
binti Al-Harits radhiallahu ‘anhu, dia seorang
lelaki yang kekar, berpundak lebar, bertubuh kuat, sangat menyerupai Umar bin
Al-Khattab radhiallahu ‘anhu. Shahabat
memiliki sikap kepahlawanan besar yang mencerminkan dirinya sebagai seorang
pemberani dalam membela agama ini, di antara cerita tentang kepahlawanan
beliau adalah apa yang terjadi pada perang Mu’tah, pada tahun ke delapan
hijriyah, pada tahun dia memeluk Islam. Jumlah tentara kaum muslimin pada saat
itu sekitar tiga ribu personil sementara bangsa Romawi memilki dua ratus ribu
personil, melihat tidak adanya keseimbangan jumlah tentara kaum muslimin di
banding musuh mereka, terkuaklah sikap kesatria dan kepahlawanan kaum muslimin
pada peperangan ini. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah
memerintahkan agar pasukan dipimpin oleh Zaid bin Haritsah, dan jika dia
terbunuh maka kepeminpinan berpindah kepada Ja’far bin Abi Thalib, dan jika
terbunuh maka kepeminpinan digantikan oleh Abdullah bin Rawahah. Semua pemimpin
di atas mati syahid pada peperangan ini, lalu bendera diambil alih oleh Tsabit
bin Aqrom, dan dia berkata kepada kaum muslimin: Pilihlah seorang lelaki
sebagai pemimpin kalian, maka mereka memilih Khalid bin Walid, maka pada
peristiwa inilah tampak jelas keberanian dan kejeniusannya. Dia kembali
mengatur para pasukan, maka dia merubah strategi dengan menjadikan pasukan
sayap kanan berpindah ke sayap kiri dan sebaliknya pasukan sayap kiri berpindah
ke sebelah kanan, kemudian sebagian pasukan diposisikan agak mundur, setelah
beberapa saat mereka datang seakan pasukan batuan yang baru datang, hal
ini guna melemahkan semangat berperang musuh kemudian kesatuan tentara kaum
muslimin terlihat menjadi besar atas pasukan kaum Romawi sehingga menyebabkan
mereka mundur dan semangat mereka melemah. Dia radhiyallahu ‘anhu telah
memperlihatkan berbagai macam bentuk keberanian dan kepahlawanan yang
tidak bisa tandingi oleh semangat para pahlawan. Selain itu, dengan keahliannya
dan kecerdasannya dia mulai mengarahkan pasukan kaum muslimin untuk mundur
secara teratur dengan cara yang unik, dan cukuplah dengan pukulan yang
seperti itu, dan beliau melihat agar pasukan kaum muslimin tidak terserang pada
sebuah peperangan yang tidak sebanding. Dan Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebut
hal itu sebagai kemenangan dan beliau bersabda pada saat menyebut ketiga
komandan yang gugur syahid kemudian bendera akan diambil oleh salah satu pedang
Allah sehingga Allah memberikan kemenangan bagi kaum muslimin atas musuhnya.
Khalid juga ikut serta dalam peperangan melawan kaum yang murtad, beliau
juga ikut berperang menuju Iraq, dan para ulama berbeda pendapat tentang
sebab dipecatnya Khalid sebagai komando perang di Syam, dan semoga yang benar
adalah apa yang dikatakan oleh Umar bin Khattab radhiallahu
‘anhu: Tidak, aku akan memecat Khalid sehingga masyarakat mengetahui
bahwa sesungguhnya Allah membela agamanya tidak dengan Khalid.
Di antara ungkapannya yang agung adalah tidaklah sebuah malam di mana aku
bersama seorang pengantin yang aku cintai lebih aku sukai dari sebuah malam
yang dingin lagi bersalju dalam sebuah pasukan kaum muhajirin guna menyerang
musuh.
Dia pernah menulis sebuah surat kepada kaisar Persia yang mengatakan,
“Sungguh aku telah telah datang kepada kalian dengan pasukan yang lebih
mencintai kematian sebagaimana orang-orang Persia menyenangi minum khamr.”
Qais bin Hazim berkata, “Aku telah mendengar Khalid berkata,
‘Berjihad telah menghalangiku mempelajari Al-Qur’anul Karim.’”
Abu Zannad berkata, “Pada saat Khalid akan meninggal dunia dia menangis dan
berkata, ‘Aku telah mengikuti perang ini dan perang ini bersama pasukan, dan
tidak ada satu jengkalpun dari bagian tubuhku kecuali padanya terdapat bekas
pukulan pedang atau lemparan panah atau tikaman tombak dan sekarang aku mati di
atas ranjangku terjelembab sebagaimana matinya seekor unta. Janganlah mata ini
terpejam seperti mata para pengecut. ‘“
Sungguh Khalaid mengharapkan mati syahid dan semoga Allah menyampaikannya
pada derajat yang dicita-citakannya.
Dari Sahl bin Abi Umamah bin Hanif dari bapaknya dari kakeknya dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda, “Barangsiapa yang meminta kepada Allah mati syahid dengan
sebenarnya maka Allah akan menyampaikannya kepada derajat orang-orang yang mati
syahid sekalipun dirinya mati di atas ranjangnya.”
Lalu pada saat wafat, dia tidak meninggalkan kecuali kuda, senjata dan
budaknya yang dijadikannya sebagai sedekah dijalan Allah, pada saat berita
kematian tersebut sampai kepada Amirul Mu’minin, Umar bin Al-Kattab dia
berkata, “Semoga Allah meberikan rahmatnya kepada Abu Sulaiman, sesungguhnya
dia seperti apa yang kami perkirakan.”
Dan disebutkan di dalam hadits riwayat Umar bin Al-Khattab tentang
zakat bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Adapun Khalid maka dia telah menyimpan baju besinya dan
perlengkapan berperangnya di jalan Allah.”
Dia wafat pada tahun 21 H. di Himsh pada usia 52 tahun, semoga Allah
memberikan kepada Khalid balasan yang lebih baik dan semoga Allah mempertemukan
kita dengannya surga yang mulia, dan segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam,
semoga shalawat dan salam tetap tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad dan
kepada keluarga, shahabat serta seluruh pengikut beliau.
Sumber: Biografi Khalid bin Walid Radhiyallahu’anhu, Dr.
Amin bin Abdullah asy-Syaqawi,http://www.islamhouse.com/p/285620
Artikel www.KisahMuslim.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar